Sabtu, 15 Agustus 2009

Bleduk Kuwu dan Ikon Kabupaten Grobogan

CITRA KABUPATEN GROBOGAN selama ini masih dekat dengan keadaan jalan yang memprihatinkan dan masalah kekurangan air ketika musim kemarau. Kondisi ini seharusnya dapat dinetralisasi secara seimbang melalui pencitraan lain yang lebih menjanjikan.

Kabupaten yang berada di antara Pegunungan Kendeng Utara dan Selatan ini, memiliki banyak potensi yang belum tergarap, salah satunya dalam hal pariwisata. Pariwisata di Kabupaten Grobogan lebih banyak didominasi oleh wisata alam yang relatif memesona.

Hampir di setiap kecamatan memiliki tempat wisata. Di Kabupaten Grobogan sendiri terdapat 19 kecamatan. Di Kecamatan Kradenan ada Bleduk Kuwu. Api Abadi Mrapen di Kecamatan Godong. Sendang Keongan di Kecamatan Klambu. Bendung Kedung Ombo di Kecamatan Geyer. Di Kecamatan Pulokulon ada Sendang Coyo.

Selain itu, masih banyak lagi objek wisata religi, seperti Makam Ki Ageng Selo di Kecamatan Tawangharjo, Makam Nyai Ageng Serang di Kecamatan Penawangan, dan Makam di Jaka Tarub, serta Makam Lembu Peteng.

Potensi wisata yang luar biasa dalam hal jumlah itu, sayangnya tidak dibarengi kualitas yang baik. Rata-rata objek wisata di Kabupaten Grobogan masih terkesan apa adanya. Bahkan ada beberapa tempat wisata yang tidak tersentuh pembangunan selama kurun waktu lima tahun terakhir, bahkan lebih. Hasilnya, objek wisata itu terkesan “mangkrak”.

Memang wisata alam itu memesona jika dibiarkan alami. Semakin alami semakin baik. Namun, siapa yang bakal datang berkunjung jika tempat itu malah menimbulkan kesan angker?

Jalan keluarnya, salah satunya dengan melakukan pembangunan terencana di objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Grobogan. Pembangunan di sini adalah penataan objek wisata berkonsep agar benar-benar menjadi tempat rekreasi. Artinya, tempat yang dapat menghibur siapa saja yang berkunjung ke sana.

Hal itu dilakukan beriringan dengan keinginan masyarakat dewasa ini akan objek wisata yang murah meriah, nyaman, aman, dan menyenangkan. Apalagi media massa, khususnya televisi, sekarang ini sedang gencar-gencarnya mengajak para pemirsanya untuk jalan-jalan dan makan-makan. Hal ini sebagai promosi gratis bagi tempat-tempat wisata.

Apalagi rekreasi sendiri termasuk ke dalam sepuluh kebutuhan pokok manusia setelah sandang, pangan, dan papan. Oleh sebab itu, tak salah mengembangkan objek wisata sebagai investasi yang menjanjikan.

Setelah melakukan pembangunan terencana, perlu dilakukan pencintraan yang optimal terhadap objek wisata-objek wisata yang ada di Kabupaten Grobogan. Pencintraan pariwisata dapat dilakukan melalui media massa, baliho, poster, dsb; dan pengajaran di sekolah-sekolah lewat pelajaran muatan lokal Kabupaten Grobogan. Hal itu tentunya harus dilakukan secara berkelanjutan. Tujuannya, untuk menarik masyarakat supaya berkunjung.

Bleduk Kuwu
Tentunya akan menghabiskan biaya sangat besar untuk melakukan pembangunan dan “mengiklankan” objek wisata yang juga banyak jumlahnya di Kabupaten Grobogan. Alternatifnya, menunjuk salah satu objek wisata menjadi ikon pariwisata Kabupaten Grobogan. Di antara sekian banyak objek wisata yang ada di Kabupaten Grobogan, Bleduk Kuwu dirasa paling pantas mendapat perlakuan spesial itu.

Bleduk Kuwu layak dijadikan ikon wisata Kabupaten Grobogan karena beberapa alasan. Bleduk Kuwu itu unik, letaknya strategis, dan dikenal. Keunikan Bleduk Kuwu terdapat pada letupan lumpur yang tiada duanya. Sebelum meletus, lumpur membentuk setengah bola berdiameter rata-rata 3-5 meter. Keunikan lainya adalah air di sekitar Bleduk Kuwu berasa asin padahal terletak di wilayah dataran rendah yang jauh dari laut. Air asin ini dimanfaat warga sekitar untuk membuat garam.

Letak Bleduk Kuwu sangat strategis, yakni di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan. Letaknya persis berada di sebelah jalan raya yang menghubungkan antara Purwodadi sebagai ibukota Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora. Jalan ini juga sebagai jalan alternatif Semarang-Surabaya via Cepu.

Bleduk Kuwu sudah dikenal, setidaknya oleh warga masyarakat Kabupaten Grobogan, salah satunya karena adanya mitos yang beredar di masyarakat melalui mulut ke mulut secara turun-temurun. Konon, Ajisaka mengutus anaknya, Jaka Linglung, untuk menakhlukkan Prabu Dewata Cengkar, raja pemakan manusia yang bermukim di Segara Kidul. Untuk menuju ke Segara Kidul, Jaka Linglung harus lewat bawah tanah agar tidak menakuti warga. Jaka Linglung berwujud ular besar. Salah satu tempat kemunculan Jaka Linglung adalah di lokasi Bleduk Kuwu, untuk memastikan sudah sampai di Segara Kidul atau belum.

Bahu-membahu
Untuk itu, pemerintah dan warga masyarakat Kabupaten Grobogan selayaknya bahu-membahu menjadikan Bleduk Kuwu sebagai ikon pariwisata Kabupaten Grobogan. Pemerintah melalui kebijakannya yang pro terhadap pengembangan objek wisata. Sementara warga masyarakat dapat ditunjukkan dengan sikap positif terhadap pengembangan Bleduk Kuwu.

Keramah-tamahan warga masyarakat sekitar objek wisata juga perlu dikembangkan. Sehingga, para pengunjung betah berlama-lama menikmati objek wisata itu. Patut diperhatikan, banyak orang kapok datang ke objek wisata tertentu karena penjual yang menjajakan makanan dan minumannya ngemplang pembelinya. Mereka menjual dagangannya dengan harga di atas harga sewajarnya.

Mudah-mudahan Bludug Kuwu tidak hanya bisa menjadi ikon wisata, tetapi juga ikon Kabupaten Grobogan. Citra Kabupaten Grobogan dengan kondisi jalan yang memprihatinkan dan masalah kekurangan air ketika musim kemarau seperti sekarang ini dapat tergantikan dengan hadirnya Bleduk Kuwu yang malih rupa menjadi objek wisata layak dikunjungi lagi dan lagi.

Tidak ada komentar: