Kamis, 27 Agustus 2009

Mahasiswa Harus Bersikap

Pemilu 2009 putaran pertama untuk memilih wakil rakyat telah dilaksanakan. Mereka yang terpilih bakal duduk di kursi DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Propinsi, dan DPR di tingkat pusat, serta menjadi anggota DPD. Meski dapat dibilang lancar, namun pesta demokrasi itu masih meninggalkan PR bagi kita. Kisruh Daftar Pemilih Tetap (DPT), kecurangan saat penghitungan suara, dan berbagai jenis pelanggaran turut mewarnai pelaksanaan pesta itu.

Jumlah Partai Politik (Parpol) yang lumayan banyak turut menambah dilematika Pemilu. Para pemilih merasa bingung dengan banyaknya partai dan nama-nama caleg yang terpampang di kertas suara yang luasnya melebihi lembaran kertas koran. Apalagi cara memberikan suara berbeda. Pada Pemilu sebelumnya kertas suara dicoblos, sekarang harus dicontreng menggunakan ballpoint warna biru.

Saat penghitungan suara baru sebagain, media memberitakan tentang banyaknya caleg yang stress berat, gila, bahkan ada beberapa yang bunuh diri. Ternyata para calon wakil rakyat kita banyak yang tidak siap menerima kekalahan. Hal ini menandakan bahwa ego politik kita masih terlalu tinggi.

Karenanya, nafsu ingin menang telah menyeret sebagian politisi kita menggunakan berbagai macam cara demi satu tujuan: menang. Mereka bahkan berani membagi-bagikan uang supaya rakyat mau memilihnya. Hal itu juga dibuktikan dengan tingginya angka pelanggaran Pemilu. Kesimpulannya, para politisi kita hanya ingin menang dan tidak mau kalah.

Sehingga tak heran jika rakyat apatis dalam Pemilu. Mereka enggan menggunakan hak suaranya. Hal ini dibuktikan dengan tingginya angka golput.

Kini, giliran pemilihan presiden dan wakil presiden secara langsung segera digelar. Berepa nama calon mengemuka. Mereka adalah para tokoh elite politik kita. Belajar dari pemilihan anggota legislatif yang telah lalu, kita dihadapkan beberapa persoalan yang tidak jauh berbeda pada saat Pemilu putaran pertama lalu.

Persoalan DPT masih menjadi tanda tanya. Politik uang, golput, kecurangan-kecurangan pun membayangi. Muncul pertanyaan, bagaimanakah figur pemimpin bangsa harapan rakyat yang dapat membawa Indonesia menuju ke arah lebih baik? Lalu, bagaimanakah seharusnya mahasiswa bersikap?

Tidak ada komentar: