Rabu, 26 Agustus 2009

Kritik Mimetik Ayat-Ayat Cinta

Novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburahman El Shirazy mempakan salah satu novel yang mengesankan para pembaca di Indonesia. Novel yang menyebut sebagai novel pembangun jiwa ini tak luput dari sambutan hangat masyarakat baca Indonesia. Karya setebal 403 bahkan sempat difilmkan dengan judul yang sama. Tak heran novel yang diterbitkan secara bersama oleh Penerbit Republika dan Pesantren Basmala ini mendapat apresiasi positif dan menyandang predikat buku best seller.

Sebagai wujud apresiasi terhadap novel itu, berikut ini disajikan uraian pembahasan mengenai isi novel yang berkaitan erat dengan masyarakatnya, baik masyarakat dari penghasil karya sastra atau masyarakat yang diceritakan dalam karya sastra. Dalam kajian sastra, hal ini lumrah disebut sebagai kritik mimetik terhadap suatu karya—novel.

Dalam mimetik diperlukan dua data yang dibandingkan yaitu, data atau keterangan yang berasal dari karya sastra atau data yang berasal dari masyarakat sebenamya.

Sebagai permasalahannya adalah bagaimanakah hubungan antara novel Ayat-Ayat Cinta dengan masyarakat dilingkungan pengarang atau kehidupan sang pengarang itu sendiri ?

Novel Ayat Ayat Cinta karya Habiburahman El Shirazy lahir dari polemik yang sedang dihadapi masyarakat khususnya masyarakat Indonesia tentang poligami. Kasus poligami yang melibatkan da'i kondang, da'i yang menjadi pusat perhatian di negara ini, oleh karenanya Kang Abik tertantang untuk mengupas seklumit tentang apa itu poligami.
Ini jadikan mahar untuk Maria. Waktunya sangat mendesak. Sebelum, magrib kau harus sampai di penjara. Jadi kau harus menikah dan melakukan semua petunjuk dokter untuk menyadarkan Maria. ( hal. 376)

Kang Abik juga mengungkapkan kebiasaan masyarakat Mesir atau mungkin sudah menjadi budaya di sana, yang melanjutkan tidur setelah sholat Subuh dan bangun sekitar pukul sembilan. Kang Abik merasa aneh dengan kebiasaan itu sehingga ia mengikutkan dalam cerita novelnya.
Orang Mesir pun banyak melakukan hal yang sama. Begitu mendengar azan Subuh mereka yang tidak mau berjamaah langsung sholat dan langsung tidut dan bangun pukul sembilan. (hal. 79 )

Watak dari orang Mesir pun tak luput dari sorotan Kang Abik. Ketika orang Mesir sudah mulai bicara, ia akan mulai merasa menang sendiri.memang watak orang Mesir sudah tercetak seperti itu makanya Kang Abik merasa tertarik untuk mengangkat hal tersebut.
Orang Mesir memang suka bicara. Kalau sudah bicara ia merasa benar sendiri. (hal. 36)

Kang Abik juga mengungkapkan tentang kebiasaan masyarakat Indonesia yang sudah membudaya mengenai waktu, kebiasaan masyarakat yang tidak tepat waktu "jam karet ". Begitulah yang selama ini dikenal menempel pada orang-orang Indonesia.
Aku tersenyum kecut, memang orang Indonesia "terkenal dengan jam karetnya. (hal.91)

Orang Mesir mempunyai kebiasaan ketika ia sedang marah maka amarahnya akan reda jika orang lain yang mengajak membaca shalawat, hal ini juga menjadi sorotan Kang Abik, hal ini karena ketakjubannya pada kekuatan bacaan shalawat.
"ya jama'ah, shalli" alam nabi, shalli' alam nabi". Ucapanku sehalus mungkin . Cara menurunkan amarah orang Mesir adalah dengan mengjak membaca shalawat. (hal.44)

Kang Abik mengungkapkan bahwa pada dasamya orang Mesir asli mempunyai sifat yang lembut dan selalu mmemulyakan tamu yang datang ke negaranya.Ini sudah menjadi penilaian tersendiri untuk orang-orang Mesir.
Yang aku tau, selama ini, orang Mesir asli sangat memulyakan tamu. Orang Mesir asli sangat ramah, pemurah, dan hatinya lembut penuh kasih sayang. Sifat mereka seperti sifat Nabi Yusufdan Nabi Yd 'qub. (hal.47 )

Pemilik nama akrab Kang Abik ini juga mengungkapkan tentang sikap Amerika yang selalu mendominasi, pada dasarnya juga negara adi kuasa itu banyak yang membenci karena kebijakan pemerintahnya bukan dan individu masyarakatnya, ini teriihat dengan banyaknya aksi unjuk rasa menolak kebijakan yang diambil oleh pemerintahnya.
Amerika sebagai biang kerusakan di Timur Tengah. Orang-orang mesir sangat marah pada Amerika. (hal. 3 9)

Lewat tokoh Aisyah, Kang Abik menyampaikan untuk setiap pasangan suami istri untuk saling mau berkorban demi pasangannya walaupun banyak rintangan yang akan dihadapi, hal ini melihat karena maraknya kasus KDRT dan percerai, yang marak dilakukan masyarakat kita.
Menikah dengan dia, demi anak kita kumohon! Jika Maria tidak menyampaikan kesaksiannya , maka aku tak tau lagi. hams berbuat apa untuk menyelamatkan ayah dari anak yang kukandungini. (hal.376)

Kasus yang menimpa Fahri, ia ditiduh memperkosa Noura dijadikan Kang Abik sebagai penggambaran bahwa setiap kejahatan akan terbongkar dan kebenaran akan terungkap sebagai sesuatu yang mulia. Hal ini menunjukan kang Abik ingin menunjukkan oknum-oknum dalam masyarakat yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya pasti akan terkuak di muka umum. Hal seperti ini juga marak terjadi di kalangan pejabat-pejabat yang identik dengan korupsinya.
Apalagi dia kulihat rajin ke masjid. Aku tidak menyangka kalau sebenamya serigala. Dan akuyakin dialah yang menodai Noura. (hal.345 )

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Habiburahman El Shirazy menjadikan novel Ayat Ayat Cinta sebagai media untuk mengkritisi beberapa aspek diantaranya aspek budaya, sosial, religi dan lain sebagainya. Terutama Kang Abik ingin mengangkat topik tentang poligami yang sedang marak dimasyarakat kita.

Tidak ada komentar: